Back

Rupiah Masih Stabil Dekat 16.300, USD/IDR Tertekan meski Data JOLTS Positif, Tunggu ADP dan PMI Jasa AS

  • Rupiah Indonesia masih bertahan di dekat 16.300 per Dolar AS di awal sesi Eropa.
  • Data JOLTS positif, mencapai 7,39 juta pada akhir April, namun Greenback masih tertekan secara luas.
  • Perhatian beralih ke data ketenagakerjaan ADP, PMI Jasa ISM dan pidato anggota FOMC, fokus utama tertuju ke NFP.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar AS (USD) bergerak stabil di kisaran 16.300 pada perdagangan Rabu ini, menyusul rilis data JOLTS AS yang lebih baik dari ekspektasi. Pasangan mata uang USD/IDR tercatat melemah ke level 16.312, turun 0,17%, pada saat berita ini ditulis di awal sesi Eropa.

Sehari sebelumnya, pada Selasa, Rupiah ditutup melemah ke 16.339, terkoreksi 0,26% dari harga pembukaan 16.296. Dalam sesi tersebut, USD/IDR sempat menyentuh level tertinggi di 16.345 dan terendah di 16.265, mencerminkan volatilitas yang masih terbatas di tengah ketidakpastian arah global.

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) menguat tipis ke 99,31, naik 0,06% dari penutupan sebelumnya di 99,24, setelah rilis data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja AS. Jumlah lowongan pekerjaan di AS mencapai 7,39 juta pada akhir April, melampaui estimasi pasar sebesar 7,1 juta dan lebih tinggi dari 7,2 juta di bulan sebelumnya. Meskipun data ini positif, Greenback masih tertekan secara luas dan masih tertahan di bawah level psikologis 100 di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) di Kuartal 3 tahun ini dan kekhawatiran atas kondisi fiskal Amerika Serikat.

The Fed Bersikap Sabar, Trump dan Xi akan Berdiskusi di Tengah Eskalasi Perdagangan

Menanggapi data ketenagakerjaan, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa kondisi pasar kerja saat ini masih menunjukkan stabilitas. Namun, ia menyoroti bahwa dampak inflasi akibat tarif baru dari Presiden Trump kemungkinan baru akan terlihat dalam satu bulan ke depan, dan memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang secara luas dapat meningkatkan tekanan inflasi secara signifikan.

Pada hari Selasa, Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan kekuatan ekonomi AS saat ini memberikan ruang bagi The Fed untuk bersikap 'sabar' dan menyebutkan terbuka terhadap satu kali penurunan suku bunga pada akhir tahun ini, tergantung pada arah data ekonomi. “Saya tidak terburu-buru untuk menyesuaikan sikap kebijakan kami,” ujarnya.

Di sisi tarif dan perang dagang, Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping dikabarkan akan mengadakan percakapan minggu ini, di tengah kekhawatiran meningkatnya tensi perdagangan di antara kedua negara besar tersebut. Selain itu, Kebijakan tarif impor baja dan aluminium AS yang dinaikkan dari 25% menjadi 50% mulai berlaku pada hari Rabu, yang menambah tekanan pada pasar global.

OECD: Indonesia Tumbuh Stabil, AS dan Tiongkok Melambat

Dalam laporan Prospek Ekonomi Volume 2025 dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dirilis pada hari Selasa, pertumbuhan Indonesia diproyeksikan melambat dari 5,0% pada 2024 ke 4,7% pada 2025 dan kembali menguat ke 4,8% pada 2026. Indonesia tetap menjadi salah satu ekonomi G20 dengan prospek pertumbuhan paling stabil.

Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprakirakan turun dari 5,0% (2024) ke 4,7% (2025) dan 4,3% (2026). Amerika Serikat diprakirakan melambat signifikan dari 2,8% (2024) ke 1,6% (2025) dan 1,5% (2026) akibat pengetatan kebijakan moneter dan fiskal.

Dari sisi inflasi, Indonesia tetap relatif stabil, dengan proyeksi 2,3% (2025) dan 3,0% (2026) dari 2,2% (2024). Sebaliknya, AS menghadapi tekanan lebih tinggi, dengan inflasi naik ke 3,2% (2025) sebelum turun ke 2,8% (2026) dari 2,5% (2024). Tiongkok justru menghadapi ancaman deflasi, dengan proyeksi inflasi -0,1% (2025) sebelum rebound ke 1,4% (2026) dari 0,2% (2024).

Pasar Arahkan Fokus Utama ke NFP

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke sejumlah data ekonomi penting, termasuk laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP sektor swasta AS, indeks PMI Jasa ISM, serta pidato dari anggota FOMC. Namun, fokus utama tetap tertuju pada laporan ketenagakerjaan resmi Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis Jumat, yang diprakirakan akan menjadi katalis utama arah Dolar AS dan sentimen global.

Indikator Ekonomi

Perubahan Ketenagakerjaan ADP

Perubahan Ketenagakerjaan ADP merupakan pengukur ketenagakerjaan di sektor swasta yang dirilis oleh pemroses payrolls terbesar di AS, Automatic Data Processing Inc. Alat ini mengukur perubahan jumlah orang yang bekerja secara swasta di AS. Secara umum, kenaikan indikator ini memiliki implikasi positif bagi belanja konsumen dan merupakan stimulator pertumbuhan ekonomi. Jadi, pembacaan yang tinggi secara tradisional dianggap sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dianggap bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Rab Jun 04, 2025 12.15

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: 115Rb

Sebelumnya: 62Rb

Sumber: ADP Research Institute

Pedagang sering mempertimbangkan data ketenagakerjaan dari ADP, penyedia payrolls terbesar di Amerika ini, melaporkan sebagai pertanda dari rilis Biro Statistik Tenaga Kerja tentang Nonfarm Payrolls (biasanya diterbitkan dua hari kemudian), karena korelasi antara keduanya. Terjadinya tumpang tindih kedua seri tersebut cukup tinggi, tetapi pada bulan-bulan tertentu, perbedaannya bisa sangat besar. Alasan lain pedagang Valas mengikuti laporan ini sama dengan NFP – pertumbuhan angka ketenagakerjaan yang kuat dan terus-menerus meningkatkan tekanan inflasi, dan bersamaan dengan itu, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga. Angka aktual yang mengalahkan konsensus cenderung membuat USD bullish.

MBMA Naik Lebih dari 20% ke 452 setelah Perseroan Umumkan Penggunaan Dana IPO

MBMA diperdagangkan di area 444 yang naik 22,65% pada saat berita ini ditulis. Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk. dibuka di 364 dan melesat ke tertinggi hari 452 di sesi kedua perdagangan hari ini.
Read more Previous

EUR/USD Berkonsolidasi di Bawah 1,1400 seiring Kabar Baik dari AS Mendukung Dolar

EUR/USD bergerak turun selama dua hari berturut-turut pada hari Rabu, diperdagangkan di sekitar 1,1380 pada saat berita ini ditulis
Read more Next