USD/JPY Anjlok Mendekati 140,50 karena Trump AS Mengincar Penggantian Ketua The Fed Powell
- USD/JPY turun tajam mendekati 140,50 setelah Presiden AS Trump menantang status "otonom" The Fed.
- Donald Trump ingin Fed Powell melonggarkan kebijakan moneter.
- BoJ diprakirakan akan terus mendukung lebih banyak kenaikan suku bunga.
Pasangan mata uang USD/JPY turun tajam mendekati 140,50 selama perdagangan sesi Amerika Utara pada hari Senin. Pasangan ini tertekan setelah menembus di bawah level terendah minggu lalu di 141,64 dan bertujuan untuk mengunjungi level terendah 21 bulan di 139,60. Aset ini menunjukkan kelemahan yang signifikan akibat penurunan tajam pada Dolar AS (USD).
Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak nilai Greenback terhadap enam mata uang utama, anjlok mendekati 98,00, level terendah yang terlihat dalam tiga tahun.
Para investor melepas Dolar AS setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memecat Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell karena tidak menurunkan suku bunga. Minggu lalu, Powell menunjukkan bahwa ekonomi memungkinkan kita untuk tetap berada di posisi ini sampai kita mendapatkan kejelasan tentang bagaimana ekonomi akan membentuk prospek ekonomi.
The Fed benar-benar berutang kepada rakyat Amerika untuk menurunkan suku bunga. Itu satu-satunya hal yang dia baik untuknya," kata Trump. "Saya tidak senang dengan dia. Jika saya ingin dia keluar dari sana, dia akan keluar dengan sangat cepat, percayalah." kata Trump pada hari Jumat.
Skenario ini dianggap sebagai sebuah dent di dalam kepercayaan Washington terhadap operasi The Fed, yang merupakan institusi otonom, dan telah mengakibatkan para investor meragukan status safe-haven Dolar AS.
Sementara itu, Yen Jepang (JPY) berkinerja lebih baik karena permintaan safe-haven meningkat akibat ketidakpastian ekonomi global yang meningkat di tengah ketidakjelasan mengenai kebijakan tarif Trump, meskipun Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari dalam pelaksanaan tarif timbal balik.
Para pelaku pasar keuangan mengantisipasi bahwa kebijakan internasional Trump akan memaksa bank-bank sentral untuk beralih ke sikap "akomodatif" di seluruh dunia. Namun, Bank of Japan (BoJ) diprakirakan akan terus mendukung kenaikan suku bunga, menurut laporan dari Reuters. Agensi tersebut melaporkan bahwa risiko yang lebih tinggi dari tarif AS yang lebih tinggi tidak akan mengganggu siklus kenaikan upah dan inflasi yang dianggap penting untuk terus menaikkan suku bunga.